September 23, 2016

INFOJADI | Jonah, Calon Pembasmi Kanker

InfoJadi - Usia baru 11. Tubuh pun paling mungil. Jika semua murid di kelas itu berdiri, tingginya hanya seperut kawan-kawan. Begitu pula saat semua duduk di bangku. Dia tenggelam, tak terlihat. Badannya ditelan tubuh-tubuh jangkung.



Tubuh kecil itu baru terlihat saat duduk di atas meja. Lihat pula seragam abu-abu di badan. Kedodoran. Lengan baju harus dilinting. Barulah tangan yang menggengam buku tebal kelihatan.

Anak ini memang murid paling muda di kelas ini. Anak-anak seusianya, rata-rata masih duduk di kelas VI SD. Tapi dia berbeda. Sudah duduk di Scots College, Sidney, Australia. Jenjang setara sekolah menengah atas di Indonesia.

Hebatnya lagi, dia tercatat sebagai siswa berprestasi termuda yang pernah mengikuti The Higher School Certificate (HSC), setara ujian akhir SMA. Beberapa universitas bahkan sudah mengintai. Sebut saja Universitas Sidney.

Bocah jenius berwajah oriental itu adalah Jonah Soewandito. Kecerdasan anak ini memang di atas rata-rata bocah seusianya. Sehingga bisa melewati sejumlah jenjang dengan sistem percepatan.

Nama Jonah menjadi tenar setelah foto dan kisahnya dimuat oleh media Australia, Sidney Herald Morning. “ Jonah Soewandito is only 11 but the Scots College pupil is sitting the HSC,” menjadi judul kisah itu.

Kelebihan Jonah terlihat sejak usia empat. Kemampuannya sudah jauh di atas anak-anak seusia itu. Pendidikan taman kana-kanak pun dia lewati. Langsung masuk SD.

Berbagai materi pelajaran tingkat dasar ia lahap dengan mudah. Sehingga saat kelas III, Jonah langsung dipercepat masuk ke kelas V. Kata para guru, kemampuan yang ditunjukkan Jonah lebih maju ketimbang teman-teman sekelasnya.

Menurut pengajarnya, Chris Metcalfe, kemampuan menonjol Jonah nampak dalam mata pelajaran Kimia. Berbagai rumus senyawa Kimia telah ia latih sejak kelas III sekolah dasar.

Metcalfe tak sembarangan menjuluki Jonah. Selama ia menjadi guru, Jonah menjadi yang teristimewa. “ Jonah adalah murid paling berbakat yang pernah saya ajar,” kata Metcalfe.

Kecintaan Jonah pada ilmu pengetahuan juga ditunjukkan dengan sikap disiplin tinggi. Jelang ujian HSC, sekolah meliburkan siswa kelas XII untuk mempersiapkan diri. Tapi, Jonah memilih tetap masuk sekolah.

“ Saya senang ke sekolah sehingga bisa istirahat dari kegiatan belajar untuk menghadapi ujian,” kata dia.

Saat hasil ujian di negara bagian New South Wales diumumkan, nilai ujian Jonah sangat memuaskan. Ia mendapat nilai 90 untuk mata pelajaran Kimia dan Matematika. Berkat pencapaian itu, ia tedaftar sebagai murid dengan prestasi tertinggi.

Menurut laman Sidney Herald Morning, Jonah tercatat sebagai siswa berprestasi termuda yang pernah mengikuti ujian HSC. Beberapa universitas, semisal, Universitas Sidney telah mengawasi kemampuan Jonah.

Ini bukannya tanpa alasan, karena Jonah belajar ilmu Kimia melalui lembaga bagi anak-anak berbakat di Amerika Serikat, John Hopkins Centre for Talented Youth.

Selain kemampuan di bidang Kimia, Jonah juga sangat berbakat dalam bidang Biologi. Bakat itu, ia tunjukkan dengan menjelaskan anatomi manusia yang kompleks saat usia belia.

Ia beralasan mempelajari ilmu dan manusia sebagai cara untuk mewujudkan cita-citanya. Ia, bercita-cita dapat menemukan obat penyakit-penyakit mematikan.

“ Saya senang dengan ilmu pengetahuan karena masih banyak penemuan yang bisa terungkap. Saya ingin menemukan obat untuk penyakit penting, khususnya kanker, karena penyakit itu merupakan penyakit paling mematikan,” ucap dia.

Meski fokus dalam berbagai disiplin ilmu, Jonah tak lantas melupakan aspek kreatif kanak-kanak. Ia berharap kemampuan menulisnya dapat meningkat. Sebab, selain bercita-cita menemukan obat kanker, dia juga ingin menerbitkan novel.

Di masa-masa tumbuh kembangnya, ia tak melulu bercengkerama dengan buku dan rumus-rumus. Sesekali, ia mengaku bermain alat-alat musik semacam perkusi. Ia juga menggemari sepak bola dan basket.

Tetapi, yang cukup mengganjal ialah status kewarganegaraan Jonah. Wartawan ABC Internasional, L. Sastra Wijaya, yang mencoba mengkonfirmasi kepada pihak sekolah tak mendapat kepastian jawaban kewarganegaraan Jonah.

“Yang kami tahu Jonah merupakan siswa yang lahir di Australia,” kata seorang staf Scots College.

Beberapa media lokal Australia juga tak mendapat kepastian jawaban. Sebab, menurut staf Scots College, keluarga Jonah enggan berbicara kepada media.

“Mereka tak mau memberikan tekanan berlebihan kepada Jonah,” ujar staf Scots College.

Di laman pedestrian.tv, nama Jonah disebut sebagai warga Australia. Ia digolongkan sebagai 28 orang Australia yang harus diketahui masyarakat.

Di mesin pencari, penelusuran sosok Jonah Soewandito juga tak menyebut secara spesifik asal usul dan kewarganegaraannya. Meski nama belakangnya khas etnis Jawa, belum dapat memastikan apakah Jonah warga negara Indonesia.

Di Australia memang menetapkan permanent residency atau izin tinggal tetap. Seseorang yang tinggal secara menetap minimal dua tahun bisa mendapatkan permanent residency.

Dalam Undang-undang Kewarganegaraan Australia tahun 1948, permanent residency menjadi syarat seorang mendapatkan status kewargenegaraan Australia. Meski demikian sejumlah media Indonesia menulis Jonah berdarah Indonesia.

Siapapun Jonah, yang jelas bocah ini istimewa. Cita-citanya luhur. “ Si ahli Kimia” ini ingin menemukan obat kanker. Semoga sukses dan ilmunya bermanfaat bagi umat manusia.

Sumber Dream