October 9, 2016

INFOJADI | Program Calon Gubernur Soal Banjir DKI Jakarta

InfoJadi - Mengharapkan Jakarta terbebas dari banjir kepada bakal calon pemimpin ibu kota, mungkin saja bisa dimulai. Salah satunya, dengan melihat program kerja tiga pasangan kandidat yang akan bertarung di Pemilu Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.

Mungkin juga hal ini dibilang terlalu muluk. Namun masih bisa dipahami, ketika melihat persoalan banjir yang dari tahun ke tahun tak kunjung berhasil diatasi.


Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, musibah banjir tak lagi terkonsentrasi di sejumlah pemukiman padat yang berada di dataran rendah. Musibah banjir saat ini bisa terjadi di hampir semua tempat. Dari kawasan Bukit Duri hingga kawasan elit Kemang yang sebelumnya sangat jarang diterjang banjir.

Fakta mengejutkan diungkap oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) pada 2015. Saat itu, Kadin menaksir kerugian bencana banjir yang melanda Jakarta selama dua hari di awal Februari tahun lalu mencapai hingga Rp1,5 triliun per hari.

Nilai sebesar itu termasuk memperhitungkan dampak banjir seperti lumpuhnya transportasi dan aktivitas perkantoran hingga penurunan transaksi perbankan.

Atas fakta tersebut, maka tak heran jika masyarakat ingin mengetahui program setiap calon gubernur DKI Jakarta terkait dengan persoalan banjir di ibu kota.

Sayangnya, meski menjadi isu seksi, namun tak banyak hal yang ditawarkan oleh ketiga pasangan calon.

Di antara ketiga pasangan calon itu, pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat memiliki program yang relatif lebih baik dalam penanganan banjir. Adapun program dari Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, masih terkesan normatif.



Anies Normatif

Program penanganan banjir dari pasangan Anies-Sandiaga, misalnya, masih terlihat normatif. Anies, dalam buku visi-misinya menyatakan bakal revitalisasi tanggul dan pompa air, memberikan BLT untuk korban banjir, dan membangun sistem distribusi air dan lingkungan hijau.

Anies-Sandi juga berjanji menerapkan kebijakan zero run-off (nol limpahan) di bagian hilir, yang intinya adalah semua air dimaksimalkan untuk diserap lagi ke dalam tanah, bukan dialihkan ke saluran. Selain itu, Anies-Sandi berjanji akan membangun komunikasi yang lebih efektif dalam urusan pembebasan lahan.

Sekilas, program yang ditawarkan Anies-Sandi cukup menjanjikan. Namun, jika ditelaah lebih jauh, sesungguhnya tak banyak hal baru yang ditawarkan Anies-Sandiaga.

Program Anies untuk merevitalisasi tanggul, misalnya. Program itu saat ini tengah dikerjakan oleh Pemprov DKI Jakarta.

Tak hanya revitalisasi, Gubernur Ahok bahkan sedang membangun waduk-waduk baru di sejumlah wilayah di Jakarta. Memang, pembangunan itu berjalan lambat. Sebagian terbengkalai. Namun, proses pembangunan telah dimulai.

Gagasan zero run-off juga telah dilakukan sejak era gubernur-gubernur sebelumnya. Salah satunya lewat program lubang resapan biopori yang sempat digalakkan oleh Gubernur Fauzi Bowo.

Agus Abstrak

Hal serupa juga terlihat dalam program pasangan Agus-Sylviana. Program penanganan banjir dari pasangan ini masih sangat abstrak.

Agus-Sylviana bahkan tak memberikan ruang khusus untuk persoalan penanganan banjir di buku visi-misi mereka. Itu sangat berbeda dengan pasangan Anies-Sandiaga dan Ahok-Djarot yang memberikan ruang khusus untuk persoalan penanganan banjir.

Dalam buku visi-misi pasangan Agus-Sylvi, persoalan banjir dimasukkan dalam program aksi nomor dua. Yakni program aksi untuk mewujudkan Jakarta yang aman. Dalam program aksi itu, persoalan banjir digabung dengan persoalan kriminalitas, terorisme, hingga ruang terbuka.

CNNIndonesia.com hanya menemukan dua aksi yang terkait banjir. Yakni meningkatkan kualitas dan fungsi saluran dan drainase perkotaan. Juga meningkatkan kualitas normalisasi bantaran, saluran sungai, waduk, dan situ. Tak ada penjelasan lebih lanjut mengenai dua aksi tersebut.

Paparan yang sangat ringkas itu terkesan menyederhanakan masalah. Padahal, masalah banjir adalah masalah kompleks. Penanganannya tak hanya bertumpu di Jakarta, melainkan juga di wilayah lain yang menjadi penyangga ibu kota.



Ahok Berpengalaman

Pasangan Ahok-Djarot memiliki program yang relatif lebih baik ketimbang pasangan Agus-Sylvi dan pasangan Anies-Sandiaga. Dalam buku visi-misinya, Ahok-Djarot memiliki delapan rencana aksi untuk menanggulangi banjir.

Di antaranya adalah mendorong percepatan penyediaan Ruang Terbuka Biru (RTB), melanjutkan program JEDI atau normalisasi sungai, dan menambah kapasitas pompa air.

Ahok juga berjanji akan melanjutkan pembangunan tanggul laut serta membangun sistem saluran dan pengawasan saluran air.

Untuk program RTB, Ahok berjanji akan menyelesaikan pembangunan 17 waduk dan sembilan embung. Waduk-waduk itu antara lain terletak di Jagakarsa, Pondok Rangon 1, Pinang Ranti, Rawa Minyak, Sunter Jaya.

Program Ahok tak hanya lebih lengkap, juga lebih konkret lantaran banyak menyebut sejumlah solusi dalam penanganan banjir seperti pembangunan waduk, program biopori, kapasitas pompa air, hingga otomatisasi pintu-pintu air.

Keunggulan pasangan Ahok-Djarot ini memang tidak mengherankan. Status mereka sebagai petahana membuat keduanya memiliki pengetahuan yang lebih mengenai persoalan di ibu kota.

Tetapi, pasangan Ahok-Djarot bukannya tanpa kritikan. Persoalan banjir yang belakangan semakin meluas ke sejumlah wilayah, jelas menjadi indikasi tak maksimalnya penanganan banjir yang dilakukan selama ini.

(cnnindonesia.com)