Seruan itu, kata dia, untuk melawan ancaman dari Presiden Suriah Bashar al-Assad. Komentar Pangeran Turki bin Faisal disampaikan dalam diskusi di Middle East Institute di Washington DC.
”Jika presiden terpilih Donald Trump membuat kesepakatan dengan Rusia dan Iran soal Suriah, itu akan menjadi langkah yang menjadi bencana,” katanya, seperti dikutip Kuwait News Agency.
”Karena ada kesepakatan nuklir Iran, kami telah melihat arus besar tentara Iran ke Suriah, yang menimbulkan kematian,” ujar mantan petinggi intelijen Saudi itu menyindir kesepakatan nuklir antara Iran dan enam negara kekuatan dunia (Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China).
”Trump harus mengepak tas dan berkumpul dengan teman-teman Amerika di Timur Tengah sebelum pelantikannya, dan dia harus membantu untuk menghentikan teroris terbesar dari semuanya, Presiden Assad,” kata Pangeran Turki bin Faisal, yang dilansir semalam (18/11/2016).
Komentar pangeran Saudi ini muncul beberapa hari setelah Presiden Assad meyakini bahwa Donald Trump akan menjadi "sekutu alami" Suriah untuk melawan teroris. Rezim Assad telah menyambut gagasan Trump yang akan mengakhiri dukungan AS kepada pemberontak Suriah.
Pangeran Turki bin Faisal yang merupakan mantan duta besar Saudi untuk AS juga meminta Trump mengakui kesepakatan nuklir Iran yang tercapai pada tahun 2015 lalu.
”Saya lebih suka melihat bahwa kesepakatan nuklir ini menjadi langkah pertama dalam membersihkan Timur Tengah dari senjata nuklir. Kami ingin Arab Saudi memiliki perdamaian, “ katanya.