March 31, 2018

Permintaan Maaf Facebook Via Koran Jadi Bumerang Bagi Facebook Sendiri

InfoJadi - Niat hati ingin meminta maaf, apa daya Facebook justru semakin kehilangan kepercayaan oleh masyarakat dunia.

Facebook memilih cara yang sedikit berbeda untuk melayangkan permohonan maafnya terkait penyalahgunaan data 50 juta pengguna jejaring sosial tersebut oleh Cambridge Analytica dalam upaya memenangkan Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat 2016 lalu.

situs bandarq terbesar

Perusahaan teknologi ini justru memanfaatkan media konvensional, yaitu koran. Tak kurang dari sepuluh surat kabar digunakan Facebook untuk meminta maaf atas pelanggaran privasi penggunanya tersebut.

Dari sepuluh koran tersebut, tujuh diantaranya berasal dari Inggris (The Observer, The Sunday Times, Mail on Sunday, Sunday Mirror, Sunday Express, dan Sunday Telegraph) dan sisanya terbit di Amerika Serikat (The New York Times, The Washington Post, dan The Wall Street Journal)

Jejaring sosial ini memasang iklan satu halaman penuh di tiap surat kabar yang berisi ucapan dari Mark Zuckerberg. Agen Judi Online Terbaik 

"Kami bertanggung jawab dalam menjaga informasi Anda. Jika kami tidak mampu. kami tidak layak untuk melakukannya," tulis Facebook besar-besar di halaman surat kabar tersebut.

Bukannya menarik simpati, tindakan Facebook ini justru menjadi bumerang bagi perusahaan yang didirikan pada 2004 tersebut.

Melihat keputusan Facebook dalam memilih koran sebagai media permintaan maafnya membuat banyak orang yang mengaku sudah kehilangan kepercayaan pada platform media sosial tersebut.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Reuters dan Ipsos setelah penayangan iklan tersebut, firma analisis yang berkantor pusat di Prancis, hanya 41% warga Amerika Serikat yang percaya bahwa Facebook taat terhadap hukum yang melindungi informasi pribadi seseorang.

Angka tersebut terpaut cukup jauh jika dibandingkan dengan Amazon, Google, dan Microsoft yang masing-masing mendapatkan suara 66%, 62%, dan 60% terkait dengan kepercayaan responden kepada perusahaan tersebut. Survei yang menggunakan sistem pemungutan suara secara online ini mendapatkan 2.237 respons.

Sedangkan di Jerman, Kantar EMNID juga melakukan hal yang serupa dengan Reuters dan Ipsos, dengan jawaban yang berbeda. Firma analisis tersebut menyebutkan bahwa hanya 33% yang mengatakan bahwa Facebook memiliki pengaruh positif terhadap tatanan demokrasi, sedangkan 60% responden berpendapat sebaliknya.

Meski begitu, menurut analis eMarketer Debra Williamson, hasil pemungutan suara tersebut dianggap terlalu dini untuk menjadi tolak ukut jika orang-orang memang sudah beralih dari Facebook. "Pelanggan bank atau industri lain tidak semestinya mundur setelah kehilangan kepercayaan," ujarnya menganalogikan.

"Secara psikologi, sangat sulit untuk beralih dari Facebook yang seakan sudah mengakar di kehidupan orang banyak," katanya menambahkan, seperti detikINET kutip dari Reuters, Selasa (27/3/2018).

Selain itu, berdasarkan data dari firma asal Israel bernam SimilarWeb menunjukkan bahwa penggunaan Facebook di seluruh dunia masih terbilang baik dalam lebih dari seminggu terakhir, atau berbarengan dengan krisis yang tengah dilanda oleh jejaring sosial tersebut.

"Penggunaan aplikasi di perangkat desktop maupun mobile masih terbilang bagus dan konsisten, sekaligus masih berada di kisaran yang diperkirakan sebelumnya. ujar Gitit Greenberg, Director of Market Insight SimilarWeb.

Permintaan Maaf Facebook Via Koran Jadi Bumerang Bagi Facebook Sendiri

Sumber Detik.com  / JadiQQ / PojokQQ