Bismilahirahmanirahim
Assalamualaikum wr wb.
Pertama-tama, sebagai istri, saya atas nama keluarga, sekali
lagi, ingin mengucapkan rasa prihatin dan duka cita yang mendalam atas musibah
besar yang terjadi pada kita semua. Yang menyangkut harga diri, profesi, dan
yang paling utama adalah pada anak-anak, bayi, dan balita di Indonesia terutama
yang terindikasi terkena vaksin palsu.
Terkait banyaknya pertanyaan dari pasien2 Dr Indra Sugiarno, di
sini sebagai keluarga saya ingin kembali menyampaikan, bahwa Dr Indra tidak
pernah bermaksud untuk melukai pasien-pasiennya. Karena sesuai dengan apa yang
diyakininya dan kematangan pribadi yang sudah melewati begitu banyak gelombang
hidup, Dr Indra punya komitmen dan visi bahwa uang bukanlah segalanya.
Sebagai dokter anak, bagi Dr Indra dan keluarganya, penghasilan
dari jasa praktek dokter, jasa rawat inap, dan jasa tindakan sudah lebih dari
cukup untuk membiayai hidup sehari-hari.
Sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya yaitu sebagai dokter
anak yang telah menjalani Fellowship Perinatologi FKUI RSCM, terkadang mengharuskannya
pergi jauh ke berbagai pelosok negeri ini sebagai konsultan yang dikoordinir
oleh Kementrian Kesehatan (Direktorat Kesehatan Anak) bersama UNICEF dan WHO
dalam kaitannya dengan kesehatan bayi baru lahir. Concern beliau terhadap bayi
dan anak-anak Indonesia, membuat beliau sampai rela kehilangan jasa praktek
dokternya dikarenakan harus menjadi konsultan di daerah pelosok tersebut selama
5-7 hari.
Rasa cinta beliau terhadap bayi-bayi di Indonesia, semakin
intens ketika beliau menjabat sebagai Sekretaris UKK Perinatologi Pengurus
Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) selama 2 periode. Dan 3 tahun
sebelumnya, Dr Indra pernah menjabat sebagai Ketua Satgas Perlindungan Anak
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang sangat concern terhadap
pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh kembang optimal anak. Dalam hubungannya
dengan posisi beliau sebagai staf forensic FKUI RSCM, beliau menaruh perhatian
besar terhadap perlindungan anak dari kekerasan dan kejahatan. Salah satunya
menjadi saksi ahli untuk kasus pernikahan di bawah umur (kasus Syech Puji).
Dr Indra juga sering diundang oleh banyak forum baik nasional
maupun internasional dalam kaitannya dengan pengetahuan beliau tentang ilmu
kesehatan anak. Bahkan selama beberapa tahun, beliau menjadi relawan yang
berpraktek dokter spesialis anak di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
(LKC) Dompet Dhuafa melayani pasien-pasien yang tidak mampu.
Dari latar belakang yang saya sampaikan tersebut, saya sebagai
istri hanya ingin menggambarkan bahwa komitmen hidup dan visi beliau adalah
menggunakan segala potensi yang dimilikinya untuk menjadi seorang yang berdaya
guna untuk bangsa ini. Dengan segala kiprah beliau di bidang ilmu kesehatan
anak tersebut, beliau ingin anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang menjadi
generasi yang tumbuh sehat, cerdas, dan mampu menghadapi segala tantangan
zaman.
Oleh karena itu, tuduhan terhadap keterlibatan Dr Indra di dalam
kasus vaksin palsu, apalagi sebagai pengedar sangat jauh dari bayangan kami
semua terutama Dr Indra pribadi dan keluarganya. Hal itu bagi kami
sekeluarganya dan Dr Indra sendiri memandangnya sebagai suatu fitnah yang keji
karena jelas bertentangan dengan visi dan misi keluarga kami. Tidak pernah
sedikit pun terlintas niat jahat untuk melukai pasien-pasien beliau yang amat
sangat dicintainya.
Kriminalisasi yg sangat kental, sangat saya rasakan manakala
saya melakukan literasi dan monitoring media. Pemberitaan terus menerus yang
digencarkan oleh media cetak dan elektronik terutama berupa pernyataan dari
aparat yg selalu berubah2. Dari 60 buah , menjadi 130, lalu menjadi 270
botol diberitakan telah digunakan atas nama beliau. Dan bahkan kini
seluruh penggunaan vaksin dari Rumah Sakit sejak tahun 2003 diberitakan akan
dilimpahkan menjadi atas nama Dr Indra semua. Jelas maksud dan tujuan dari
berita tsb, aparat berwenang ingin menjerat seolah2 Dr Indra adalah gembong
dari jaringan vaksin palsu. Sehingga Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus
Bareskrim dapat melakukan upaya pemiskinan terhadap keluarga kami yang berujung
kepada penyitaan harta benda. Namun, sama sekali bukan penyitaan harta benda yg
kami khawatirkan, tapi kemampuan, pengalaman dan kompetensi beliau di bidang
ilmu kesehatan anak yg amat berharga ini, sangat disayangkan jika tidak dapat
termanfaatkan untuk kepentingan bangsa khususnya untuk kesehatan anak2
Indonesia.
Mengutip Pernyataan Resmi dari IDI bahwa memang ada grand design
yg berusaha menjatuhkan profesi seorang dokter. Namun skenario secantik
apapun akan terlihat kotor terutama jika dilandasi niat jahat. Niat jahat untuk
menghancurkan nama seseorang yang justru dalam senyap sudah memberikan
segalanya untuk bangsa ini. Niat yg jg berdampak pada keresahan seluruh bangsa.
Di Rumah Sakit tempat Dr Indra berpraktik, sewaktu kerusuhan
terjadi banyak sekali massa yg mengaku2 pasien beliau. Tapi saya yakin sekali
mereka bukanlah pasien beliau. Memprovokasi, menggiring dengan kalimat2 dan
kata2 yg kasar. Melakukan upaya2 anarkis dan pengrusakan terhadap infrastruktur
Rumah Sakit.
Pasien2 asli Dr Indra, 90% masih banyak yg berhubungan langsung
dengan saya, bahkan ada beberapa yang datang menjenguk di tahanan. Mereka
sangat santun, terpelajar dan sangat memaklumi apa yg terjadi dan menimpa kita
bersama.
Terkait perkara kasus vaksin palsu yang kini menimpanya tersebut
Dr Indra dan keluarganya meyakini bahwa beliau tidak punya itikad atau niat
untuk terlibat. Lebih dikarenakan dorongan dan rasa cinta beliau untuk memenuhi
kebutuhan pasien-pasiennya akan vaksin yang mengalami kelangkaan selama hampir
9 bulan sampai pertengahan Juni 2016 kemarin, beliau mengupayakan apa yang
beliau rasa harus dipenuhi untuk pasien-pasiennya tersebut.
Dibalik tindakan beliau yang ingin mengupayakan apa yang terbaik
untuk pasien-pasiennya, Dr Indra punya pengalaman. Ketika beliau berpraktek di
RS Sentra Medika Cimanggis. Ada bayi yang mengalami radang paru paru berat
karena pertusis sehingga harus dirawat di ruang ICU anak karena belum
mendapat imunisasi DPT. Sehingga pada saat seorang medical representatif dari
PBF yang bonafid menawarkan beberapa vaksin DPT (Pediacel) di
periode Februari 2016-Juni 2016 ketika terjadi kelangkaan, Med Rep tersebut
dapat meyakinkan beliau bahwa vaksin yang dibeli itu asli. Dr Indra memilih
menggunakannya.
Pikiran dan hati beliau saat ini masih selalu dan akan selalu
untuk anak-anak Indonesia, khususnya pasien-pasien yang saat ini masih banyak
mendukung dan membutuhkannya. Terutama pasien-pasien bayi baru lahir yang
bermasalah seperti bayi dengan berat rendah, lahir dengan kelainan bawaan, dan bayi-bayi
yang baru lahir dengan kondisi bermasalah. Hal itu masih terus menjadi beban
pikirannya sampai detik ini.
Beban pikirannya bertambah bila mengingat pasien-pasiennya yang
beliau khawatirkan terpapar vaksin yang diduga palsu, termasuk yang disuntikan
kepada anak dan cucu-cucunya. Beliau merasa tidak berdaya karena tidak dapat
melakukan pendampingan kepada pasien-pasien tersebut. Karena saat ini beliau
sedang berada dalam tahanan Bareskrim Mabes Polri dimana beliau tidak dapat
diakses oleh pasien-pasiennya yang sampai saat ini terus berusaha menghubungi
beliau via telefon, sms, Whatsapp, dan Facebook karena masih membutuhkan
kehadirannya. Namun karena kondisi beliau, alat komunikasi yang dapat
berhubungan dengan pasien dikelola oleh saya istrinya yang hanya dapat
memberikan bantuan moril dan perasaan ingin saling menguatkan satu sama lain.
Sebenarnya ketika kasus vaksin palsu mencuat, Dokter Indra
langsung menghubungi salah satu pengurus IDAI untuk melakukan penelitian Survey
dengan metoda yang direkomendasikan WHO (30 by 7) untuk memetakan suatu
persoalan di tingkat nasional. Penelitiaan tersebut bertujuan untuk memetakan
imunitas atau kekebalan bayi terhadap penyakit DPT, Agar dapat diusulkan oleh
IDAI kepada Kemenkes dan BPOM untuk menghindari kericuhan secara nasional
seperti yang terjadi sekarang ini. Yang telah menghancurkan perasaan dan nurani
kita semua sebagai bangsa. Dan kami semua jajaran keluarga merasakan bahwa ini
bukanlah hanya sekedar bencana keluarga semata, tapi merupakan bencana nasional
yang harus menjadi keprihatinan kita semua dan dicarikan solusinya
bersama-sama.
Akhir kata saya sebagai istrinya dan juga keluarga besarnya
masih meyakini bahwa beliau adalah aset bangsa ini. Kompetensi dan kemampuan
yang dimilikinya masih sangat dibutuhkan. Regulasi, kebijakan, dan pengawasan
yang menjadi tanggung jawab badan-badan terkait diharapkan mampu membuat
aset-aset bangsa seperti dokter-dokter anak diseluruh Indonesia agar dapat
bekerja dengan baik sesuai dengan kapasitasnya.
Hikmah yang didapat dari ini semua menurut Dr Indra adalah bahwa
peristiwa ini merupakan suatu ujian yang memang harus dilewatinya yang dapat
meningkatkan derajat beliau pribadi menjadi manusia yang lebih mulia.
Mohon doa agar kita semua selalu diberikan kekuatan dan perlindungan
Allah SWT.
Dini Kusdiani, Istri
Dokter Indra Sugiarno