InfoJadi - Setelah mengalami serangan stroke, sebagian besar orang
bisa mengalami efek yang membekas seperti kelumpuhan atau rusaknya memori otak.
Hal ini dikatakan oleh peneliti akan berkaitan dengan peningkatan tajam risiko
untuk depresi.
Dr Merete Osler dari Copenhagen University,
Denmark, yang meneliti sekitar 157 ribu orang pasien stroke dan 160 ribu orang
sehat menemukan ada perbedaan risiko depresi signifikan antara keduanya. Dalam
hasil studi yang dipublikasi di jurnal JAMA Psychiatry pasien stroke disebut
memiliki risiko depresi lebih besar sekitar 8 kali lipat dari orang-orang pada
umumnya.
Dalam waktu dua tahun studi berjalan diketahui sebanyak 25%
pasien stroke terdiagnosa depresi dengan lebih dari setengahnya ketahuan hanya
dalam tiga bulan pertama setelah serangan. Sementara itu pada kelompok orang
sehat hanya 8% yang terdiagnosa depresi sepanjang studi.
"Frekuensi depresi pada pasien stroke ini juga lebih
tinggi dibandingkan pasien dengan penyakit akut lainnya seperti serangan
jantung," kata Osler seperti dikutip dari Reuters, Senin
(12/9/2016).
"Tampaknya ketidakseimbangan di otak akibat dari stroke
membuat para pasien ini lebih rentan terhadap depresi," lanjut Osler.
Sama seperti risiko depresi pada umumnya seorang pasien
stroke akan lebih rentan lagi apabila ia juga memiliki faktor lain seperti
hidup seorang diri, tua, minim edukasi, punya diabetes atau sejarah gangguan
mental.
Dr Craig Anderson dari George Institute for Global Health,
Australia, mengomentari studi dan mengatakan bahwa keluarga harus ekstra
waspada terhadap hal ini. Selalu siap beri dukungan yang dibutuhkan apabila ada
anggota keluarga terserang stroke.
"Kami tahu bahwa kondisi ini sangat umum. Satu di antara
tiga survivor stroke menderita suatu bentuk depresi. Ini bisa berdampak negatif
pada pemulihan, meningkatkan risiko stroke berulang, kejadian kardiovaskular
serius lainnya, hingga kematian," pungkas Anderson.
Sumber DetikCom