November 9, 2016

INFOJADI | Biaya Vaksin HPV Mahal Tetapi Bila Kena, Biaya pengobatan Lebih Tinggi

InfoJadi - Salah satu penyebab masih kurangnya respons masyarakat terhadap vaksinasi HPV adalah harganya yang tergolong tinggi. Padahal menurut dokter, biaya pencegahan ini masih lebih rendah dibandingkan harga pengobatannya jika terkena infeksi virus ini.



Seperti disampaikan oleh dokter spesialis kanker anak RS Omni Pulomas, dr Anky Tri Rini Kusumaning Edhy, SpA(Onk), vaksin Human papilloma virus (HPV) merupakan cara ampuh yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker serviks, terutama pada anak-anak perempuan.

Program ini sangat dianjurkan untuk diberikan pada anak berusia 9 hingga 14 tahun, dengan frekuensi sebanyak dua kali.

Baca juga: Bisa Cegah Beberapa Jenis Kanker, Jangan Ragu Berikan Vaksin HPV pada Anak

"Jika usia anak sudah lebih dari 14 tahun, maka frekuensinya jadi tiga kali. Jedanya 1-2 bulan setelah suntik pertama kali," tutur dr Anky kepada detikHealth di sela-sela acara program pelatihan deteksi dini kanker serviks pada tenaga kesehatan yang diadakan oleh Garuda Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Baca Juga Dunia Malam

Sayangnya, animo masyarakat terhadap vaksin HPV sampai saat ini dinilai masih minim. Salah satu faktornya dikatakan oleh dr Anky adalah harga vaksin yang masih mahal.

"Saat ini harganya memang masih mahal, tapi untuk ke depannya kan bisa mencegah penyakit kanker serviks. Pengobatannya jika terkena kanker kan lebih mahal," terang dokter lulusan Universitas Diponegoro tersebut.

Demikian pula disampaikan oleh Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof Dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP. Dalam kesempatan yang sama, Prof Aru menjelaskan bahwa vaksin yang masih mahal juga menjadi salah satu faktor penyulit persebaran vaksinasi HPV.

"Sulitnya pencegahan seperti itu. Kita harus bisa memotivasi diri kita sendiri dan masyarakat lainnya untuk menjalani tindakan dengan biaya tidak sedikit, untuk mencegah sesuatu yang belum terjadi," imbuh Prof Aru.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan vaksin HPV diberikan pada anak laki-laki dan perempuan yang belum aktif secara seksual mulai dari umur sekitar 9 tahun agar efek perlindungan bisa maksimal.

Nah, terkait hal tersebut Indonesia memang belum memasukkan vaksin HPV dalam program imunisasi dasar. Baru awal Oktober 2016 lalu kota Jakarta dipilih oleh Kementerian Kesehatan untuk menjalankan program eksperimen pemberian vaksin HPV.

Bila penerimaan di masyarakat lancar dan terbukti cost-effective maka vaksin HPV dapat masuk ke program imunisasi nasional. Perusahaan farmasi lokal Bio Farma akan ditunjuk menjadi penyedia utamanya.

Sumber Detikcom